Posts

Showing posts from September 22, 2019

Puisi

Puisi tidak ada lagi menjadi telinga atau segumpal ingatan yang tajam dalam dada, hanya sebatas tiupan angin yang dihadirkan saat keringat matahari mulai berdiri Puisi berjalan seperti alif menusuk bulan purnama dengan lembut dan menyulam selembar angin dari setiap sudut desa dan legukan tanah yang diasuh oleh doa Sulit dimengerti sebab puisi adalah makhluk tuhan yang berdemensi, iya membaca apa saja dan siapa saja lalu mengikatnya seperti jaring laba-laba Puisi selalu mengeja realita dengan kata yang melibatkan sandiwara dan bermetafora mengajak ingtan menggali peristiwa dengan dalam hingga sulut ilalang gontai dalam perjamuan meja makan Kulihat mereka yang bertubuh puisi berdesis dalam semak-semak kehidupan dan berteduh dibawah rembulan, menyisir rambut panjangnya dan melukis kukutanganya dengan darah saudaranya Aku mulai tidak mengerti, puisi hanya sebagai mimpi yang dilepaskan sehabis hati terlukai atau sebatas kata yang tak bertepi, seperti angin yang tak ditemukan ujung

Pantun

Anak sungai berlari dipagi hari Asik mendengar burung berkicau Meratapi kegaduhan negeri Yang kian hari makin kacau. 26 agustus Malul kertas

Pantun

Burung kenari berkicau dipagi hari Indah suaranya sangat mengesankan Saat kita menyatukan mimpi Disitulah puncak dari keindahan. 26 agustus Malul kertas

Diam

Belajarlah diam saat orang lain berbicara Belajarlah berbicara saat orang lain diam. Biarkan sempurna hanya sebagai kata,melibatkan gelisah lalu berdiam diri seperti duri Bercerita tentang senja tanpa nama hampa tak bermakna atau barangkali ada makna tapi tak tersentuhnya. Malul kertas 2019 september

Usi

Perjumpaan yang tak direncanakan selalu melibatkan kenangan yang dalam bukan? Banyak menyulam kenangan dari tawa hingga huruf yang tak dapat berbicara Senyuman dipagi itu masih kubawa lari engkau teduh dalam kedinginan subuh, ku urai aksara sampai jalan perjumpaan kenangan menyulam mimpi saat rindu mulai pergi Dari situlah rindu mulai abadi, ingatan mengurai lorong panjang saat perjamuan di meja makan begitu ramai dengan suara lantang Suara yang berisi kaidah-kaidah kemanusiaan dan kehidupan, kita seperti benang yang tersulam dengan rapat dan nyaman Selebihnya senja memang harus berwana jingga, kita  saling melemparakan doa ditengah perjalanan saat mimpi menanyakan rindu paling sepi. Plakpak 24 september 2019 Malul kertas