Posts

Showing posts from August 18, 2019

Pantun 2

Batu hitam dipinggir laut Keras batunya sangat tajam Makin tua makin keriput Hasrat rindu selalu menghujam. 15 agustus Malul kertas

Hanya

Saat puisi tak lagi menjadi kata remuk tulang mimpiku melepuh seketika terbawa angan yang berselempang diujung ilalang Saat kata tak lagi menjadi suara sepi yang menyendiri menyayat kematian yang tajam dengan perbincangan meluluhkan kesendirian Cahaya demi cahaya mulai menembus lubang tanah mengakar dengan sempurna melukis sepi yang mulai tumbuh dalam diri dan kini rindu mulai pergi. Omben, 25 agustus 2019 Malul kertas

Pantun berkasih

Melihat bintang ditengah malam Cerah warnanya sangat merona Mengingatmu dalam diam Membuatku selalu terpesona . 15 agustus 2019 Malul kertas

Pergi

Pergi...... Pergi...... Dan hujamlah meraka dengan batu hingga larut dalam debu kecuali cintaku pada engku yang imut dan lucu. Pamekasan. 23 agustus 2019 Malul kertas

Sucikah aku

Sucikah aku Dalam tidur berlumur rindu Basah keringat menjadi satu Berlabuh disetiap perapian senja Menuggu bulan purnama tiba, Tibalah sekerat mimpi dari lorong panjang mengisyaratkan tentang kesucian badan Air mengalir disekucur tubuh menembus tanah batinku lalu secercah cahaya bersemayam ditengah ruang tuhan Membicarakan ketidak sucian notfah yang dilahirkan tanpa restu dari tuhan, seperti anak jadah yang terasingkan dari pelukan kasih sayang Kesucian selalu menjadi perbincangan hangat sebelum dan sesudah menghadap siapapun, baik itu kepada tuhan atau pada jabatan Sucikah aku adalah kesederhanaan dalam kisah yang dibangun dari ketidak sempurnaan. Omben, 23 agustus 2019 Malul kertas

Tembakau

Malam gemuruh dengan percakapan kental asap tembakau, lamunan kaum tua meresahkan hujan sebab akan menghilangkan harga tumbuhan Tumbuhan yang diasuh sebelum ruh jadi akar, akar berubah jadi bantang, batang berubah jadi dedaunan, proses panjang melibatkan air dan terik matahari dengan seimbang dan udara tidak terlalu jadi persoalan Kaum tua selalu siap dengan gejala alam, dari membaca sudut angin, gelombang awan dan gemuruh hujan agar resah tidak pulang saat musim kemarau mulai parah Saat semua mulai memerah, daun tua terlihat pasrah disisir dibawah matahari disulam waktu, hingga setengah bayang keinginan yang menjulang memeras keringat dan semangat kaum tua Seterusnya sulut menyulut terus melahirkan wacana baru tentang keringan dan tawa menjadi satu dalam peristiwa. Omben, 22 agustus 2019 Malul kertas Mlm jumat

Sulam

Kudapati pagi dengan makhluk bumi yang melukis kisah cintanya diatas awan, merangkul semua sejarah yang pulang dimasa silam Sisa robekan waktu menyisakan jenaka,sisa tawanya tegak menyabitkan purnama dengan sempurna Ingatan larut dalam seseduhan teh dipagi hari, dengan gontai sulaman demi sulaman terjadi saat cinta tertanam dalam hati Saling menancapkan ingatan serta percakapan kecil yang membuat makhluk bumi lainnya merasa bahagia melihatnya Teduh seketika aku melihatnya menyaksikan sulaman seindah purnama terbentang luas diatas samudra cinta. Omben, 22 agustus 2019 Malul kertas

Melihat cahaya mimpi

Dalam sunyi mengurai mimpi menggambarkan rupa dari waktu tentang sebuah jejak yang lahir dari segumpal debu Ada percakapan berwana hitam dalam gelap, menatap sunyi dengan bisikan tak menghiraukan, hingga tak kusangka ada segumpal matahari sedang mengayunkan doa ke angkasa Rupanya yang teduh tumbuh disetiap rumput kering, memberikan kisah tentang udara segar bersayam dalam jasadku yang sukar dinalar Dalam ruang sunyi aku melihat segumpal matahari mengajak manusia mengulur mimpi yang di sulam dari benang hujan, indah berkilau pelangi Segera kuberlari mengejar hujan agar mimpi dapat kujamah bersama matahari, tetapi pertanyaan tertanam dikeningku tentang hujan beraroma bangkai ikan dilautan dan segumpal matahari tak sempat kujamah dalam ingatan Biarkan hari mulai pergi dan jawaban segera berlari menantiku dibawah terik matahari. Omben, 21 agustus 2019 Malul kertas

Janji mengikat takdir

Pagi menghamparkan cerita tentang dua makhluk syruga yang saling melampiaskan peristiwa buah khuldi Terlempar dalam hempasan keringat kegembiraan mengalir disetiap sudut jendela dan ruang mimpi yang menganga Gelombang adam dan hawa mengingatkan kisah cinta yusuf dan zulaikha kisah tumpah kasih sayang yang menjulang Janji mengikat takdir diatas persaksian cinta, menyulam rindu dalam setiap kata serupa senyuman yang membelah purnama Pengabadian sementara mengembala dihutan kaca,  dimensi waktu diikat dengan kuat agar kerinduan pulang saat resah mulai datang Seikat bunga mawar menjadi kuntum dalam dada, menyaksikannya membawaku mengeja nama tuhan dengan tajam. Omben, 20 agustus 2019 Malul kertas

Tanah

Pagi ini tidak ada kata yang bagun sejak matahari mulai pecah tanah bergejolak meminta setitik air dari peluh manusia. Gemuruh gelombang didadanya banyak melahirkan pertikaian karenanya perselisihan tidak pernah usai di perbincangkan Dari keterbatasan finansial dan yang paling kaya sekalipun masih mengeluh meminta tambahan, percekcokan dan celoteh ringan membakar aroma kemanusiaan untuk mempertunjukkan siapa yang lebih mampu dan terlihat kaya meski batinya sangat tersiksa, padahal tuhan telah memberi konsep hidup dalam al qur an. Aduhai lubang-lubang tanah menertawakan perselisihan yang tak kunjung usai, tanah pun ikut bicara lihatlah kami permasalah akan segera selesai karena pertunjukan drama kalian akan segera usai dan diganti oleh aktor yang lain, mending persiapkan bekal perjalanan panjangmu menuju tuhanmu yang kekal Tanah-tanah begitu ramai dengan ucapan bijaknya , dengarlah wahai manusia kami adalah rahim setelah ibumu melahirkanmu, rahim yang akan melahirkanmu menjadi m

Kata

Kata dalam kita adalah penjara yang membelenggu dengan rantai tak terlihat Kita mencari kata Kata membentuk kita Kita tercipta bahagia dan luka Retorika kata menjadi darah ditubuh kita Kata-kata kita ketepi kerinduan dan Kesemua arah kemana angin membawanya pergi, kata dan kita hidup dalam satu nafas yang terhempas keudara. Omben, 17 agustus 2019 Malul kertas

Di bibir senja

Tubuh puisi bertubuh kekar dan sering menyendiri di bibir senja Menikmati sentuhan udara dan gelombang yang berhenti tanpa kata, berlarian memenuhi isyarat kegembiraan yang tersirat dari tuhan. Burung-burung mulai pergi dan membawa kisah baru dalam sangkar tempat takdir menanam mimpi. Omben, 15 agustus 2019 Malul kertas

Kembali meramaikan tanah yang basi

hari menjadi penjara Semua makhluk tidak bisa bicara, pada hari itu hanya kesaksian tanpa tabir dan rupa jenaka Arus waktu ramai berdetak diselangkang rahim para musafir, risau begitu parau saat musim kemarau melibatkan sunyi yang kacau Tanah tanpa hujan adalah pembunuh yang kejam merusak sejuta mimpi dari keringat manusia yang jauh berlari kedasar matahari Sumpah serapah manusia berteriak mengebalikan keramaian tanah yang basi tiada suara sebab mulut terkunci, hanya sorak ramai dalam hati melibatkan tangan kumuhnya mengambil hujan saat senja mulai datang. Omben, 5 agustus 2019 Malul kertas

Diladang purnama

Ku urai permintaanmu malam ini berupa sajak berwarna merah dan segumpal rasa berwana senja Dari jauh malam berteriak didepan mataku, seduhlah aku dengan sedikit rindu sebab kata itu adalah makhluk tuhan yang kita sulam dari waktu kewaktu Sebentar  tunggulah sampai matahari mulai menghangatkan bumi agar benih dari rindu tumbuh dari waktu yang jauh dari kata aku yang baru Dari tumpukan kata sampai sampah airmataku menertawakan jejak waktu, jejak yang dihilangkan oleh diriku sendiri terurai diatas langit saat aku menjadi kata rindu ditengah tanah yang sendu didadamu. Labirin menumpuk masa kita, masa yang sangat mudah tumpah dengan airmata tak satupun dari mendung menyulitkan makna tentang perjalan hidup yang sederhana. Tiga tahun lebih kemarau tidak pernah mempertemukan kita meski dengan kata atau dengan dentuman suara angin tanpa sapa. Dengan tiba-tiba saat bumi hampir menjadi abu, gerimis mulai runtuh saat percakapan mulai menjadi takdir hingga saat ini bumiku subur dengan b

Malam yang dikutuk sunyi

Mimpi menghujamku kembali dari gemuruh hujan dan suara halilintar, getir dengan rasa takut pada angin yang menggulung dedaunan Dalam gelap dua manusia berbicara dengan apa kuhentikan hujan dan angin kencang?, bola mata saling melempar isyarat jatuh kelantai lalu terdengar suara ayat dari kitab suci menggelegar Berhenti seketika, hujan sudah reda tapi rasa takut masih menanam tandatanya,  adakah alasan yang kupahami dari kejadian yang tak sempat ku undang dalam pesta makan malam? Malam yang dikutuk sunyi rupanya dengan diam menyelinap ditulangku, mengakar menjadi nasib dan berbisik pertanyaanmu akan segera kujawab saat matahari mulai meninggi Pagi yang tak kusadari pertanyaan itu memberiku jawaban serupa nafas dan harga diri yang kulipat rapi dalam lemari. Omben, 18 agustus, 2019 Malul kertas