Diladang purnama

Ku urai permintaanmu malam ini berupa sajak berwarna merah dan segumpal rasa berwana senja

Dari jauh malam berteriak didepan mataku, seduhlah aku dengan sedikit rindu sebab kata itu adalah makhluk tuhan yang kita sulam dari waktu kewaktu

Sebentar  tunggulah sampai matahari mulai menghangatkan bumi agar benih dari rindu tumbuh dari waktu yang jauh dari kata aku yang baru

Dari tumpukan kata sampai sampah airmataku menertawakan jejak waktu, jejak yang dihilangkan oleh diriku sendiri terurai diatas langit saat aku menjadi kata rindu ditengah tanah yang sendu didadamu.

Labirin menumpuk masa kita, masa yang sangat mudah tumpah dengan airmata tak satupun dari mendung menyulitkan makna tentang perjalan hidup yang sederhana.

Tiga tahun lebih kemarau tidak pernah mempertemukan kita meski dengan kata atau dengan dentuman suara angin tanpa sapa.

Dengan tiba-tiba saat bumi hampir menjadi abu, gerimis mulai runtuh saat percakapan mulai menjadi takdir hingga saat ini bumiku subur dengan bunga diladang purnama.




Pamekasan, 18 agustus 2019
Malul kertas
Teruntuk wulan

Comments

Popular posts from this blog

SENGKUNI

TANDA

SAKSI-SAKSI