ANAK-ANAK SYURGAWI
Anak-anak yang kita lahirkan kini sudah dewasa mereka sudah pintar mengeja dan pandai berpuisi sendiri bahkan sudah bisa menyalahkan siapapun yang tak se arti
Sudah dua tahun kita menjalani garis rotasi bumi dengan badai dan pecahan piring yang tak henti jadi persoalan, ada yang luka tergores tajamnya ada yang tenggelam dalam tipu dayanya
Anak-anak kita sudah enggan menyusu dengan mesra sebab anak-anak kita sudah tau kalau ia sudah dewasa, waktunya berkelana, bebas mengarungi angkasa bebas memasuki udara dan berteriak sesuka jiwa
Tidakkah mereka merasa iba pada bunda yang rindu saat malam tiba, malam yang kerontang dengan nyanyian dan puisi yang saling sahut sahutan,hanya tinggal nama dalam sepotong senja,menitip mimpi lalu pergi
Barangkali perlu kita ingat kembali sejarah sebelum ibumu datang, aku dan ibumu dicabuti satu persatu nafas yang tersisa sebelum semuanya tiba, hujatan dan sumpah serapah sudah terbiasa bagai pedang yang menusuk dari belakang
Rumah kita dibawa terik matahari belum lagi panasnya tagihan setiap akhir bulan membuat gendang telinga pecah sedang puisi hanya sebuah ratapan dan sulaman kata untuk menghibur lara
Kebudayaan yang tersusun
Jangan sampai membuat kita pikun
Sampaikan nyanyian itu pada ibumu
Petik lah bintang jangan berguguran
Marilah bersatu satu selamanya
Menggapai keabadian.
Ke marilah anak-anak syurgawi ibumu sedang menjahitkan mimpi,sepiring puisi dan segelas imajinasi
Satu meja makan penuh untuk mu dari kasih sayang dan doa yang telanjang agar kelak kita bersama menikmati hidangan tuhan.
14 Desember 2020
Malul kertas
Comments
Post a Comment