Sengkuni merapal mantra Di tengah gelap kepalanya Di bawah lampu kota metropolitan Sebuah mantra yang berduri Membawa hatinya ke alam mimpi Sebab penderitaan yang didasari sejarah pada akhirnya mengucur darah Sengkuni bercerita Di malam itu ia berkabar pada sebuah surat mengajaknya menyaksikan gelap, sekedar melepas gelisah dan basa basi yang basah Sengkuni hanya pasrah Pada dialektika yang diterimanya Hampir saja kehilangan seluruh wajahnya akibat propaganda yang dibuatnya Sudah tau dihatinya ada wacana pemberontakan, delima masih goyah diukur sebatas ingin barangkali ada kemungkinan Sengkuni hampir tertusuk mantranya sendiri, barang siapa merapal mantra dimalam hari maka akan tersandung oleh kenyataanya sendiri. 20 feb 24 Malulkertas Bezkem
Kerap kali hidup ditandai dengan sekeping roti,segelas susu dan perahan anggur Kemarilah mari bersulang sampai fajar,lupakan sejenak masa lalu dan masa depan yang merongrong ketakutan Berdansalah hingga fajar sampai bunga aster ungu mekar, kelopaknya melampiaskan rindu dendamnya berdebu Malam begitu cepat berlalu, dia begitu malu takmampu memeluk sapa,sekalipun kudekap erat dalam perjamuan para sufi Ia terus menari dengan risau, gelisahnya ingin memintaku agar tidak segera perji dan memikat janji Fajar benar-benar tiba sebentar lagi akan ada banyak nama yang mesti kubaca dengan hati-hati. Malulkertas 2 juli 2024 Ronggo
Saya ingin menulis kembali Tentang serupa lafadz yang bermakana cinta Di meja- meja di secangkir kopi di langit yang biru Di sejadah para sufi Di sepanjang duri-duri Saya yang dibekali kali hanya mengalir dicelah kecil hatimu, mengisi kalimat saya yang tersembunyi dibalik doa-doa Siang ini saya melihat para kekasih merangkai puisi dari waktu yang dilumat habis menjadi khuldi atau buah dada yang berdetak lirih Serupa bantal-bantal yang diselimuti mimpi Serupa pintu-pintu yang dibatasi kunci Serupa saya yang ditagih saksi-saksi. Malul kertas 8 februari 24 Bezkem
Comments
Post a Comment