NEGRI KU YANG AGUNG

Laut dan gunung mengalir air matamu

Sejarah banjir darah melukai ingatan yang abadi


Setiap lubang persinggahan selalu ramai dengan pengkhianatan, pembusukan yang terus menerus di poles dengan pengalihan persoalan yang tak kunjung padam


Dari sudut kota aku membaca mu

Dinding yang menjulang dari keringat buruh kotamu disulam penderitaan meriah mitropolitan 


Lampu-lampu kota yang cemerlang adalah paradoks yang menindas 

Puluhan ribu jiwa yang hidup dari sampah plastik, menyulam mimpi dibawah kolong jembatan dan nyanyian para pengamen di sepanjang jalan


Kemewahan yang dihasilkan dari hutang adalah beban moral dimana kebebasan berselimpung  dibawah kaki tuan dan puan


Oh negriku yang agung

Tanah subur mu adalah ibu

Tempat paling nyaman mengadu nasib dibawah panasnya gerilya 


Hingga pada setiap retorika yang pecah sesungguhnya hanyalah sandiwara yang tidak dipahami alurnya atau bahkan memang dibutakan keadaannya 


Kepintaran adalah awal dari terbentuknya kebodohan-kebodohan baru yang gagal menuhankan kebenaran


Setibanya di ladang burung-burung berpuisi kumbang-kumbang merayakan perkawinan bunga mawar 


Tersisa sampah yang diadopsi lalat dan ulat-ulat bereinkarnasi kembali sebagai kupu-kupu dan bidadari indah negeriku yang agung di kepalaku sendiri.






5 Januari 2021 

Malul kertas

Bngkln


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SENGKUNI

TANDA

SAKSI-SAKSI