KATASTROFE


Awal dari sekian banyak kerancuan bumi seperti biasa berselimut dingin tidak ada pemikiran sebagai acuan kehangatan

Tiba-tiba angin berhenti menyaksikan tulang sumsum membeku, kembali seperti semula membual dan pergi tanpa peduli

Riak gelombang asap tembakau ikut melampiaskan dendam setelah membiarkan angin merebut aroma dari tubuhnya, terpaksa harus ikut arus alam seperti masyarakat yang tercekik aturan

Ayat-ayat pisau menyayat siapa saja dan apa saja selagi mengenyangkan, apa lagi Saat ayat-ayat itu menghunus dada masyarakat pinggiran, tak berdaya terpaksa berbaring resah kelaparan

Untung saja kecerdikan masih tersisa, sudah banyak yang tak percaya konspirasi esensi peradaban dunia dimana yang kaya berhak menentukan apa saja, sisanya biarlah orang lain menderita

Kita yang masih bertarung salah dan benar berhentilah sejenak mari kita saksikan nuklir peradaban berganti buku dan isu mediasi tertinggi adalah tekhnologi jalur cepat merubah segala ambisi, propaganda paling kejam adalah saudara sendiri yang tau segala aurat tersembunyi

Hampir tiga tahun keresahan benar-benar menyentuh hati masyarakat pinggiran dengan isu kematian, gejala yang menular dan katastrofe, kemudian berlaku ayat-ayat pisau dileher kami yang berani bergerak akan berujung kematian.




17 juni 2021
Amalul yakin

Comments

Popular posts from this blog

SENGKUNI

TANDA

SAKSI-SAKSI