Membungkam gelisah
Enam hari kunikmati lampu jalanan
Begitu banyak mayat-mayat dan kuburan yang berserakan tanpa kafan dari tuhan.
Bergelantungan dan tetesan darahnya menyeruak anyir seketika, kehidupan adalah mata air yang mengalir bermusim dan terus menjamah retorika waktu sesuai takdir
Rupa membungkam gelisah
dari tawa mereka yang pasrah
tergeletak dalam tanah dan airmata yang
mengkhianati perjumapaan disekian
kalinya
Keindahan dan rindu yang kau tanyakan hakikatnya tak kujumpai kebenarannya
Angin terus menghebuskan desahnya
terurai seperti pelangi hanya sekejap
melintasi bumi
Adakah yang paling kurindu selain senyummu waktu itu, degup jantung tak menentu membiarkan bebatuan terus membeku.
2 februari 2019
Malul kertas
Begitu banyak mayat-mayat dan kuburan yang berserakan tanpa kafan dari tuhan.
Bergelantungan dan tetesan darahnya menyeruak anyir seketika, kehidupan adalah mata air yang mengalir bermusim dan terus menjamah retorika waktu sesuai takdir
Rupa membungkam gelisah
dari tawa mereka yang pasrah
tergeletak dalam tanah dan airmata yang
mengkhianati perjumapaan disekian
kalinya
Keindahan dan rindu yang kau tanyakan hakikatnya tak kujumpai kebenarannya
Angin terus menghebuskan desahnya
terurai seperti pelangi hanya sekejap
melintasi bumi
Adakah yang paling kurindu selain senyummu waktu itu, degup jantung tak menentu membiarkan bebatuan terus membeku.
2 februari 2019
Malul kertas
Comments
Post a Comment