Kepadamu mayatku
Kehidupan adalah suatu kemungkinan yang di upayakan, manusia hanya bisa memilih tapi tidak bisa mentukan.
Lahirlah sebuah pertanyaan besar, mengapa hidup harus memilih dan kebanyakan manusia menjadi budak dalam pilihannya
Membanting tulang untuk mendapatkan kebahagiaan dan juga untuk makan,.
Berdiamlah sejenak lupakan kebosanan yang memuakkan lihatlah alam sekitar yang tetap tenang menikmati kehidupan tanpa harus menguras keringat berlebihan.
Kulihat lala lalat bergembira menghapiri perkotaan, menikmati bangkai ikan dan ludah manusia yang pongah memanjangkan leher kelangit dan melipat bumi dikelopak matanya
Bangkai mayat meluruskan dasi dan bersahaja diatas kursi mengatur permainan orang-orang yang hidup ditengah terik matahari, peluhnya mengurai ketepi sungai
Menaruh harapan agar ikan ikan bertengker dalam pusar
Siapa yang peduli ketika hidup diurus orang mati?, siapa yang tak benci ketika orang orang kecil terbebani janji, awan sebagai penanda hujan selalu ditunggu tanpa payung, bersorak riang anak-anak sungai mendapat satengah karung beras dari sebagian besar yang tercuri dengan senyum ramah pemerintah
Orang orang mati sulit untuk dijadikan persoalan ia memiliki dingding tebal, seribu penjaga yang kemudian bersembunyi dilubang paling dalam, tanpa ia sadari kain kafannya terlipat rapi dari tangan-tangan orang hidup dan membawanya sebagai wakil persinggahan sementara
Wahai penguasa...! kami bosan dengan pertikian yang memuakkan, berhentilah sejenak nikmati hidangan kopi manis di depanmu,itu dari tangan kami sebagai upah keringat busukmu.
Malul kertas
27 mei 2019
Lahirlah sebuah pertanyaan besar, mengapa hidup harus memilih dan kebanyakan manusia menjadi budak dalam pilihannya
Membanting tulang untuk mendapatkan kebahagiaan dan juga untuk makan,.
Berdiamlah sejenak lupakan kebosanan yang memuakkan lihatlah alam sekitar yang tetap tenang menikmati kehidupan tanpa harus menguras keringat berlebihan.
Kulihat lala lalat bergembira menghapiri perkotaan, menikmati bangkai ikan dan ludah manusia yang pongah memanjangkan leher kelangit dan melipat bumi dikelopak matanya
Bangkai mayat meluruskan dasi dan bersahaja diatas kursi mengatur permainan orang-orang yang hidup ditengah terik matahari, peluhnya mengurai ketepi sungai
Menaruh harapan agar ikan ikan bertengker dalam pusar
Siapa yang peduli ketika hidup diurus orang mati?, siapa yang tak benci ketika orang orang kecil terbebani janji, awan sebagai penanda hujan selalu ditunggu tanpa payung, bersorak riang anak-anak sungai mendapat satengah karung beras dari sebagian besar yang tercuri dengan senyum ramah pemerintah
Orang orang mati sulit untuk dijadikan persoalan ia memiliki dingding tebal, seribu penjaga yang kemudian bersembunyi dilubang paling dalam, tanpa ia sadari kain kafannya terlipat rapi dari tangan-tangan orang hidup dan membawanya sebagai wakil persinggahan sementara
Wahai penguasa...! kami bosan dengan pertikian yang memuakkan, berhentilah sejenak nikmati hidangan kopi manis di depanmu,itu dari tangan kami sebagai upah keringat busukmu.
Malul kertas
27 mei 2019
Comments
Post a Comment