Selembar kisah

Selembar kisah para musafir jalanan
Menyeruak aroma matahari,panas tanpa henti menyelimuti.

    Kidung senja dan teriakan para musafir
    Hampir menutupi separuh rembulan
    Menyusuri tanah dengan air peluh
    Teriakan anak sungai siap berlabuh
   
Dipinggir matahari kehangatan selalu dirindukan oleh belukar dan gubuk tua yang mengerikan, angin hembuskan amarah yang yang berteduh dalam degub jiwa yang menakutkan

 Makhluk tuhan dengan dua sayap yang mengerikan bising meminta darah tenpa henti menusuk-nusuk kulitku,dengan bengis memintaku menyerahkan semua darah hingga aku terdiam dalam kematian sejenak

 Terbangunlah saat fajar menyeruakkan suara ayam dengan riangnya membuka labirin tuhan di gendang manusia, agar segera merasakan kegembiraan hakiki yang telah disediakan dimeja makan

 Saat tumpukan cahaya telah melemahkan indra mataku, tak kuasa tubuh manusia seakan meleleh dari kegaduhan persoalan dunia tanpa henti membagun istana yang pada hakikatnya adalah ketiadaan.
 Semoga saja tuhan mendekapnya dalam ridho dan kasih sayangnya.


Malul kertas
21 januari 2019

Comments

Popular posts from this blog

SENGKUNI

TANDA

SAKSI-SAKSI